Senin, 02 Januari 2012

BUSUK !!!!

Busuk...
  Busuk...
    Busuk...

Kau bangga dengan kebusukkan itu...

Sepanjang jalan, sepanjang waktu
Tersenyum olehnya seperti membawa sebuah piala...

Berteriak sepuasmu sampai urat malu putus,
Sampai tak ada lagi telinga-telinga polos yang keluar nanah untuk mendengarkan....

SELAMAT JALAN IBU SRIAMAH “EMAK’E” TERCINTA

Pada beberapa minggu kemarin kami telah kehilangan bibi tercinta, entah mengapa sebuah kepergian tersebut sangat cepat kami alami. Saya bertanya sendiri dalam hati “Tuhan mengapa Engkau memisahkan kami dengan beliau untuk selamanya...”
Tak ada penyakit yang di derita oleh bibi kami tercinta yang berusia 57 tahun dan tinggal di Blitar tersebut. Pada suatu saat tiba-tiba bibi pingsan tak sadarkan diri sehingga keluarga membawa bibi untuk merujuk kerumah sakit Saiful Anwar Malang. Sebagai bentuk ikhtiar kami, bibi disana dirawat dan diobati dengan maksimal. Terlihat wajah suami atau paman serta anak-anaknya yang datang begitu tidak percaya sama sekali akan hal yang terjadi ini.
Setelah kurang lebih 15 hari bibi dirawat dan diobati tanpa ada perubahan yang lebih baik lagi atau bisa dikatakan mati suri, akhirnya seluruh keluarga sepakat untuk membawa pulang ke Blitar untuk dirawat sendiri dengan alasan beban biaya yang tidak sanggup lagi untuk kita selesaikan. Sesudah beberapa hari dirawat sendiri, saya sebagai keponakan beliau tiba-tiba ingin sekali untuk menjenguk bibi bagaimanakah keadaannya. Namun apa yang terjadi setelah saya melihatnya terbaring dikamar, esok pagi tepatnya pukul 07.00 beliau telah dipanggil Allah SWT.
Sungguh ini kenyataan yang sulit diterima oleh keluarga, tangisan pun pecah setelah bibi menghembuskan napas terakhirnya. Saya juga tak bisa menahan air mata yang keluar ini dalam duka yang mendalam.
Memang beliau adalah pribadi yang teladan bagi kami, dan tak sedikitpun saya melihat beliau marah-marah. Sabar dan sikapnya yang bersahaja membuat kami sangat merasakan kehilangan. Dengan segera kami sekeluarga untuk memandikan jenasah beliau, saya juga disuruh ibu untuk ikut memandikan jenasah beliau sebagai penghormatan terakhir. Saat memandikannya saya memangku bagian kaki beliau dengan posisi duduk, cara memandikan disana memang harus dengan dipangku oleh tiga orang. Selanjutnya jenasah dikafani, disholati dan yang terakhir diberangkatkan menuju  pemakaman untuk dikubur. Seluruh proses berjalan dengan baik yang masih diselimuti duka.
Kami tak henti-hentinya berdoa agar amal dan ibadahnya diterima disisi Allah SWT. Dan kami hanya bisa pasrah menerima semua yang telah terjadi, mungkin Allah mempunyai maksud lain dengan takdir yang telah diberikan kepada kita sekeluarga.
Hidup hanyalah sementara, dengan waktu yang terbatas ini kita harus berbuat yang terbaik dalam hidup kita agar kelak kita mendapatkan tempat yang terbaik di sisiNya.Amin...  

analisis unsur intrinsik "LAMPOR"

                                                                             BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

           Cerita pendek atau yang biasa disebut cerpen adalah suatu karya sastra yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya satra lainnya. Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel, dan biasanya memusatkan perhatian pada suatu kejadian. Cerita pendek memiliki satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, dan mencakup jangka waktu yang singkat.

Makalah ini akan menganalisis suatu unsur instrinsik dalam sebuah cerita pendek agar kita mengetahui unsur instrinsik dalam sebuah judul dan juga termasuk aliran sastra apa yang ada dalam karya sebuah cerita pendek tersebut.


B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Apa saja unsur instrinsik dalam cerpen berjudul “LAMPOR” karya Joni Ariadinata?
2.      Aliran sastra apa yang terkandung dalam cerpen tersebut?

C.     TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari makalah ini adalah:

1.      Mengetahui unsur instrinsik dalam cerpen berjudul “LAMPOR” karya Joni Ariadinata.
2.      Dapat menentukan sebuah aliran apa yang ada dalam sebuah karya sastra.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    CERPEN DAN UNSUR-UNSUR INSTRINSIK PEMBANGUNNYA


TEMA
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Ada tema yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
Dalam cerpen “LAMPOR” dapat diketahui tema dari cerita tersebut adalah tema Sosial atau sebuah realitas dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita ketahui dari teks sebagai berikut:
“Rumah tukang akik. Empat kali dua meter, beratap setengah genting dengan aksesori pelengkap tujuh buah plastik bekas taplak penambal bocor ditambah potongan-potongan eternit, dinding murni gedek. Di dalamnya lima manusia bersenyawa dengan barang-barang rongsokan dan harta keseharian. Jika malam, tiga anak tidur beralaskan tikar: Tito, Rohanah, dan Rois. Sedang  diatas dipan kayu lapuk bergencetan Abah Marsum dan Sumiah.”
Dalam teks tersebut dapat mewakili tema apa yang ada didalam cerita bahwa penulis ingin menunjukkan sebuah kenyataan yang sebenar-benarnya dialami oleh keluarga dalam cerita tersebut.  


TOKOH DAN PERWATAKAN

Tokoh adalah individu ciptaan atau rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang di insankan.
Sedangkan perwatakan adalah suatu penyajian sifat atau watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Banyak sekali cara penyajian watak tokoh diantaranya dari tindakan, ucapan, penggambaran fisik, pikiran, dan penerangan secara lansung.
Tokoh dan Perwatakan dalam cerpen “LAMPOR” adalah sebagai berikut:
1.      Abah Marsum sebagai Bapak.
           Watak dari Abah Marsum adalah santai, tidak terlalu memikirkan beban yang dialami keluarganya yang setiap hari kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.      Sumiah sebagai Emak.
           Watak dari Sumiah adalah selalu emosi dikarenakan suaminya yang tak peduli dengan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga sumiah menjadi pemarah.

3.      Tito sebagai Anak pertama.
           Watak dari Tito adalah anak yang mau bekerja menjadi pemulung demi membantu memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Dia adalah anak yang berbakti kepada orangtuanya.

4.      Rohanah sebagai Anak kedua.
           Watak dari Rohanah adalah anak yang kurang ajar kepada orangtuanya, tingkahnya yang menyebalkan, dan suka menipu itu adalah sifat yang buruk dari Rohanah.

5.      Rois sebagai Anak ketiga.
           Watak dari Rois adalah anak yang suka mencuri uang orang tuanya, dan masih kecil dia sudah berani menjadi pencuri, pencopet, dan melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan oleh anak kecil.

ALUR (Plot)

Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal yaitu:
·         Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi).
·         Berdasarkan sebab akibat (kausal).
·         Berdasarkan tema cerita.
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut:
·         Bagian awal, terdiri atas: paparan, rangsangan, dan gawatan.
·         Bagian tengah, terdiri atas: tikaian, rumitan, dan klimaks.
·         Bagian akhir, terdiri atas: leraian, dan selesaian.

Hal yang harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau bagian yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.

Alur dalam cerpen yang berjudul “LAMPOR” karya Joni Ariadinata ini bisa dikatakan alur maju (progesi), yang dimaksud alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian.
Hal tersebut dapat dilihat dalam bagian cerita seperti dibawah ini:

Tito mencangking karung dan pengait ”dinas luar”, ketika Rohanah bangun untuk antre mengambil air bersih. Setengah jam kemudian Abah Marsum menggeliat saat mendengar suara kaleng berderak serta bantingan pintu, kasar dan keras. Batuk-batuk sebentar, kemudian meludahkan dahak kental. Sepagi ini Sumiah mengumpat, berjalan gusar dengan dada naik-turun, “Bajingan tengik! Anak keparat. Pagi-pagi sudah mencuri...
LATAR

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.
Ada beberapa fungsi latar, antara lain
·         memberikan informasi situasi sebagaimana adanya.
·         memproyeksikan keadaan batin tokoh.
·         menciptakan suasana tertentu.
·         menciptakan kontras.

Latar dalam cerpen LAMPOR adalah sebagai berikut:
1.      Perkampungan dekat Sungai Comberan yang kumuh.
2.       Rumah ukuran empat kali dua meter, beratap setengah genting dengan aksesori pelengkap tujuh buah plastik bekas taplak penambal bocor ditambah potongan-potongan eternit, dinding murni gedek.
3.      Sungai Comber tempat mandi, mencuci, dan buang air.

MAJAS ATAU GAYA BAHASA

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
                       
Dalam cerpen “LAMPOR” dapat diketahui gaya bahasa atau majas yang dipakai oleh penulis adalah majas sarkasme,           Sarkasme adalah suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Dapat diketahui dari cuplikan paragraf berikut ini:
“Keparat! Kali ini kowe yang harus dinas mengerti? Hey, kowe yang harus ngemis!” Sumiah berteriak-teriak. Lantas berjingkat pulang.”Betul-betul keparat. Tak tahu diuntung.” 











SUDUT PANDANG
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita. 


a.         Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita. 


b.         Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita. 


c.     Sudut pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh. 


d.    Sudut pandang campuran, (sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang pertama.
   Sudut pandang dalam cerpen “LAMPOR” adalah sudut pandang orang ketiga, dapat diketahui dalam kalimat sebagai berikut:

Tito mencangking karung dan pengait ”dinas luar”, ketika Rohanah bangun untuk antre mengambil air bersih. Setengah jam kemudian Abah Marsum menggeliat saat mendengar suara kaleng berderak serta bantingan pintu, kasar dan keras. Batuk-batuk sebentar, kemudian meludahkan dahak kental. Sepagi ini Sumiah mengumpat, berjalan gusar dengan dada naik-turun, “Bajingan tengik! Anak keparat. Pagi-pagi sudah mencuri...”

Disini Penulis menggunakan kata ganti orang ketiga seperti nama yang disebutkan pada kutipan diatas yang dijadikan titik berat cerita.

AMANAT
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

Dalam cerita ini Penulis ingin menceritakan sebuah kenyataan dari sebuah keluarga yang selalu kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga menceritakan sebuah kehidupan yang sangat memperihatinkan. Hal ini dapat membuat kita akan berfikir lebih dalam lagi bahwa masih ada saudara kita yang masih dalam keadaan kekurangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

“ketika anak-anak dekil mandi, perempuan mencuci piring dan daki, pantat-pantat separuh telanjang mengeluarkan kotoran. Secara serempak dan tetap: pagi pukul delapan, sore pukul lima. Kotoran dengan bakteri kental lewat campuran air mengalir, adalah hal teramat sederhana buat jadi pikiran. Teramat sepele buat jadi pertimbangan.”

Perhatikan cuplikan kalimat diatas, penulis ingin mengungkapkan sebuah keadaan yang sangat memperihatinkan. Semua hal yang dilakukan bersamaan dalam kalimat tersebut membuat kita tahu dan sadar akan kehidupan mereka yang tidak layak. Mungkin inilah amanat yang ingin disampaikan Penulis dalam sebuah karyanya.



B.     ALIRAN SASTRA DALAM CERITA PENDEK.

Secara sederhana aliran sastra itu dapat diartikan sebagai hasil ekspresi para sastrawan yang meyakini bahwa jenis sastra yang mereka ciptakan itulah hasil sastra yang paling cocok untuk zamannya.

Di dalam setiap aliran sastra selalu ditemui ciri khas masing-masing. Ciri khas itu ditandai dengan bentuk dan isi. Bentuk berhubungan dengan cara menyampaikannya, yaitu gaya yang khas dan unik. Adapun isi adalah kedalaman pikiran atau gagasan yang disampaikan pengarang. Kedua hal ini saling terkait dan menciptakan trend dalam suatu aliran sastra.

Pada cerpen “LAMPOR” aliran sastra apa yang terkandung di dalamnya? Coba kita simak paragraf pada kalimat berikut:

Plastik-plastik terapung, lumpur pekat kecoklatan, perkakas penyok, bangkai anjing dengan perut gembung, lalat hijau, sampah busuk. Amat biasa bahkan bagus untuk dinikmati. Manakala air Kali Comberan meluap membentuk harmoni alam yang kelewat simetris dengan ilustrasi deretan gubuk primitif mirip kandang babi.

Dan juga berikut ini:

ketika anak-anak dekil mandi, perempuan mencuci piring dan daki, pantat-pantat separuh telanjang mengeluarkan kotoran. Secara serempak dan tetap: pagi pukul delapan, sore pukul lima. Kotoran dengan bakteri kental lewat campuran air mengalir, adalah hal teramat sederhana buat jadi pikiran. Teramat sepele buat jadi pertimbangan.



Dari kedua paragraf tersebut diatas, saya berpendapat bahwa cerpen ini masuk pada aliran sastra Realisme. Realisme adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya. Para tokoh aliran ini berpendapat bahwa tujuan seni adalah untuk menggambarkan kehidupan dengan kejujuran yang sempurna dan objektif. Pengarang melukiskan dengan teliti, tanpa prasangka, tanpa tercampur tafsiran, dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan pembacanya. Pengarang sendiri berada di luar, tanpa ikut campur dalam cerita. Dan dalam karya realisme banyak yang berkisar pada golongan masyarakat bawah, seperti kaum tani, buruh, gelandangan, pelacur, dan sebagainya.
  

BAB III

PENUTUP


KESIMPULAN

Dalam menentukan sebuah unsur intrinsik sebuah karya sastra dan aliran sastra diperlukan adanya sebuah pemahaman dan ketelitian yang lebih mendalam.

Unsur-unsur instrinsik dalam sebuah karya sastra ini meliputi: tema, tokoh dan perwatakan, alur, latar (setting), sudut pandang, amanat. Semuanya harus kita cari satu persatu dalam cerpen yang akan kita analisis.

Pada tugas ini kita harus bisa menentukan dalam menganalisis unsur intrinsik dan aliran dari sebuah karya sastra. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak hanya menjadi penikmat sastra saja, namun juga belajar memulai menjadi peneliti sastra.

Makalah ini dibuat sebagai tugas dari mata kuliah pengantar sastra dengan harapan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan juga dapat tersampaikan tujuan terutama bagi penulis.


DAFTAR PUSTAKA


agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/unsur-prosa-cerita.doc
Rampan, Korrie Layun. 1999. Aliran-Jenis Cerita Pendek. Jakarta: Balai Pustaka.
 Hartoko, D. 1982. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.