Sabtu, 28 April 2012


HARMONY IN DIVERSITY (Harmoni Dalam Perbedaan)
Tuhan mentakdirkan adanya perbedaan, perbedaan tempat di muka bumi, menjadikan perbedaan jenis tanah dan iklim yang menyebabkan berbeda komoditi unggulan dimasing-masing tempat yang kemudian terjadi perdagangan antar daerah, terjadi industri pengolahan sehingga hasil pertanian bisa lebih tahan lama untuk diperdagangan ketempat yang jauh, terjadi proses nilai tambah, perbedaan mata pencaharian dan profesi, sehingga manusi saling membutuhkan sesamanya dan terjadi dinamika hidup.
Manusiapun ditakdirkan berbeda secara individu secara genetis dan sosial, hampir tidak ada manusia yang betul-betul sama kendati ia dilahirkan dengan kembar identik. Manusia memiliki sidik jari, suara, bentuk, rupa dan lain tidak ada yang sama. Dengan ketidaksamaan itu setiap manusia unik, khas. Dengan keunikan itu kalau berhadapan dengan manusia juga perlakuannya khusus. Manusia diberi nama, dengan nama mempermudah berkomunikasi dan mengidentifikasinya.
Manusia dan binatang diberi kelamin, wanita dan pria. Hewan juga begitu, masing masing kelompok membutuhkan. Apa jadinya kalau manusia hanya satu kelamin saja. Wanita tidak akan membutuhkan pria dan begitu pula sebaliknya. Dengan saling membutuhkan terjadilah harmoni dalam hidup.
 Binatang kadang kala dianggap sama, sama bentuk, rupa dan suaranya. Tidak demikian menurut peternak. Seorang peternak sapi yang memeiliki sapi ratusan ekor ia mampu mengidentifikasi ternaknya.
Kita perhatikan lingkungan kita, hewan termasuk manusia mengeluarkan CO2 waktu bernafas, sebaliknya tumbuhan menyerap CO2 dan mengeluarkan O2 yang dibutuhkan manusia.
Manusia butuh hewan dan tanaman untuk kelangsungan hidupnya baik untuk pangan, maupun untuk sandang dan perumahan. Sebenarnya mereka butuh manusia untuk memenje mereka agar mereka lestari dalam hidup ini.Georafis yang berbeda dipermukaan bumi yang bulat ini, untuk terjadi perbedaan dan agar dengan perbedaan itu akan saling membutuh-kan. Kalau keadaan geografis sama, produk yang dihasilkan akan sama, siapa lagi yang memproduksi, tidak perlu distribusi. Produksi dendiri konsumsi sendiri.
Ada dataran tinggi yang menghasilkan komoditi tertentu, ada dataran rendah dan pantai menghasikan pula komoditi tertentu, laut dan sungai menghasilkan produk perikanan. Untuk manusia saling membutuhkan. Pepatah mengatakan ikan dilaut, asam digunung bertemu dalam belanga, semuanya untuk manusia. Rasa yang berbeda diramu dalam satu masakan oleh orang yang bijak dalam mengharmonikan rasa akan menjadi hidangan yang sedap.
Dalam harmoni tidak berarti harus sama. Pada makanan misalnya, tidak perlu bumbu sama dengan bahan pokoknya, tetapi bumbu kendati sedikit sangat diperlukan dalam masakan. Bayangkan dalam suatu hidangan tidak ada garam, kendati kebutuhan terhadap garam tersebut tidak sebanya ikan atau daging. Hidangan tanpa garam akan jadi hambar dan tidak mengairahkan untuk disantap. Kendati garam kaum minoritas tetap dibutuhkan.
Dalam kehidupan sosial juga demikian. Status sosial dan profesi manusia berbeda-beda.                            Tidak ada profesi yang satu lebih hina dari yang lain. Bayangkan kalau tidak ada petani yang bermandikan lumpur dan keringat untuk menghasilkan pangan para orang kaya, konglomerat, pejabat tinggi, pakar sekalipun tidak akan makan dan akhirnya mati.
Bagaimana dengan tukang angkat, apakah semua orang bisa mengangkat barang sendirian. Tentu saja tidak. Bayangkan tidak ada petugas kebersihan yang bersedia mengumpulkan sampah yang berserakan dan diproduksi oleh semua rumah tangga. Satu minggu saja kalau itu terjadi di Jakarta, Jakarta akan kotor dan bau busuk menyengat dimana-mana, tikus dan lalat berkeliaran sampai kamar tidur dan ruang makan. Hidup menjadi tidak nyaman. Apa pun profesi tukang sampah yang sering dilecehkan, sangat dibutuhkan dalam hidup. Kalau mau hidup harmoni dan bahagia jangan lecehkan apapun profesinya.
Bagaimana dengan profesi penjahat misalnya, apa juga dibutuhkan. Dengan adanya penjahat, manusia jadi waspada dalam hidup, untuk memberi rasa aman dibutuhkan peralatan seperti pagar, pintu, kunci-kunci, alarm dan sebagainya dan berkembang pula industri alat kemanan tersebut, menyerap tenaga kerja dan memberi kehidupan bagi orang lain baik di industri, distrubusasi, jasa pertukangan. Timbul pula profesi seperti satuan pengamana, pengawal pribadi, polisi, jaksa, hakim, sipir penjara, pengcara dan lain sebagainya. Adanya orang jahat sekalipun membuat dunia ini jadi dinamis.
Ada kaya ada miskin, yang kaya suka melecehkan yang miskin, coba dibayangkan semua orang sama kayanya, atau sama miskinnya, maka akan terjadi hidup sangat individual. Orang miskin punya kelebihan seperti tenaga dan mau mengerjakan pekerjaan apa saja. Yang kaya punya kelebihan ada uang yang bisa membelanjakan uangnya untuk apa saja, mereka saling membutuhkan dan bisa menciptakan keharmonisan. Kelebihan di masing-masing pihak menjadi ladang amal juga untuk akhirat.
Imajinasi kita layangkan apabila setiap manusia tiba-tiba punya kepandaian dan kepintaran yang sama, baik sama-sama pintar atau sama sama bodoh, sama-sama tahu, sama-sama bisa. Maka tida ada guru, dosen, pembimbing, instruktur, peneliti, penulis. Tidak ada pula lembaga penelitian, pendidikan, komunikasi informasi. Apa pula jadinya dunia dan kehidupan ini, pasti tidak enak. Orang bodoh dibutuhkan orang pandai untuk diajarnya, sebaliknya orang bodoh membutuh-kan orang pandai untuk mengajar atau membimbingnya. Ada harmoni dalam kehidupan.
Orang tidak pernah sakit, atau orang sakit-sakitan saja. Orang tidak pernah sakit profesi dokter, perawat, apoteker, dukun tidak dibutuhkan, klinik pengobatan, rumah sakit, apotek, laboratorium kesehatan, industri obat, pedagang obat, fakultas kedoteran, farmasi bubar jalan. Terjadi pengangguran, orang sakit saja memberi kehidupa pada yang lain.
Rambut sama hitam, pendapat berbeda-beda, sesuatu yang harus diterima dalam kehidupan dan akan selalu ada. Perbedaan itu timbul karena beda ilmu pengetahuan, pengalaman, ideologi, tujuan hidup, kepentingan dan lingkungan. Perbedaan itu diperlukan untuk saling mengisi kekurangan, maka perbedaan itu menjadi hikmah. Tetapi perbedaan itu tidak disikapi dengan baik perbedaan itu akan menjadi petaka. Kuncinya mau mendengan, memahami perbedaan, mementing orang banyak dari diri sendiri, cari titik temu dari perbedaan dengan kepala dingin, mengemukakan kebaikan bersama dan mau mengalah untuk kebaikan bersama dan adanya keikhlasan.
Apapun profesi dibutuhkan oleh manusia. Kaya miskin, kuat lemah, sakit senang, pintar bodoh sesuatu yang relatif, maka ia akan tetap ada. Relatifitas itu membuat kehidupan. Kata kuncinya sadari kita saling membutuhkan, maka saling menghargai, berikan sesuatu pada yang lain, sehingga mereka hidup layak, kendati miskin.
Perbedaan akan saling mengenal, membantu, memberikan kehidupan, dan dianmika hidup. Perbedaan yang disikapi dengan sikap positif perbedaan akan menjadi harmoni kehidupan yang dinamis.Berbeda bunyi dan nada bila dikelola dengan baik akan menghasilkan simpfoni yang indah.

Berbeda rasa bila dikelola dengan baik menghasilkan hidang yang sedap. Berbeda pendapat bila dikelola dengan baik akan menjadi dinamik dan menemukan sesuatu yang lebih baik yaitu kemajuan bersama. Perbeda yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan centang-perenang dan bahkan mala petaka. Kelola perbedan, manage konflik dengan baik, hidup akan harmoni dan penuh rahmat.

Rabu, 11 April 2012

Definisi Realisme


Realisme merupakan aliran kesusastraan yang melukiskan keadaan atau kenyataan secara sesungguhnya. Para tokoh aliran ini berpendapat bahwa tujuan seni adalah untuk menggambarkan kehidupan dengan kejujuran yang sempurna dan objektif. Oleh karena itu, realisme menuntut penggambaran yang teliti, seperti cermin yang memantulkan realitas objektif di depan audiens, penikmat, dan pembaca.
HB Jassin pernah menjelaskan bahwa dalam realisme digambarkan keadaan seperti yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh mata.
Pengarang melukiskan dengan teliti, tanpa prasangka, tanpa tercampur tafsiran, tidak memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan pembacanya.
Istilah realisme ini merujuk pada makna fakta-fakta nyata yang ada di sekitar kita. Fakta itu, tak lain dari ketimpangan, ketidakadilan, dan penindasan yang terstruktur rapi. Realisme tidak menampilkan narasi perwujudan keindahan Tuhan. Realisme tidak berbicara tentang erotika alam. Realisme lebih berbicara kepada fakta yang sebenarnya terjadi dibalik keindahan Tuhan dan erotika alam tersebut.


Perbedaan antara realisme sosialis dan realisme kritis
Terdapat perbedaan mendasar yang kasat mata antara realisme sosialis dan realisme kritis. Pertama-tama, akan dibahas terlebih dahulu dari masing-masing topik.

A. Realisme Sosialis
Realisme sosialis diperkirakan muncul sekitar tahun 1905. Dalam hal ini Maxim Gorky adalah pengarang yang sering dianggap sebagai bapak pendiri realisme sosialis.
Dalam definisi Pramoedya, "Realisme sosialis merupakan metode yang meneruskan filsafat materialisme dalam karya sastra serta meneruskan pandangan sosialisme-ilmiah. Dalam menghadapi persoalan masyarakat, realisme sosialis mempergunakan pandangan yang struktural fundamental".
Realisme Sosialis, metode dasar kesusasteraan dan kritik sastra Soviet , menuntut pengarang untuk memberikan penggambaran kenyataan yang penuh kebenaran dan konkret secara histories dalam perkembangan revolusinya. Sementara itu, kebenaran dan kekonkretan historis suatu pelukisan kenyataan artistik harus dikombinasikan dengan tugas pendidikan dan pemulihan ideologi pekerja dengan semangat sosialisme . (Fokema 1998: 23)
Istilah ini timbul pertama-tama dan dengan sendirinya di bumi yang untuk pertama kali memenangkan sosialisme, di bumi yang telah menegakkan sosialisme, yakni Uni Soviet. Tokoh utamanya yang biasanya mendapatkan kehormatan sebagai pelopornya adalah pujangga besar Sovyet, Maxim Gorky, terutama dengan karya utamanya, Ibunda. "Salah satu watak realisme sosialis adalah, “terutama memberanikan rakyat untuk melakukan orientasi terhadap sejarahnya sendiri”. (Ananta Toer, 1980:4)

B. Realisme Kritis
Adapun realisme kritis (critical realism) menerima realitas objektif dan kemungkinan diperoleh ilmu yang dapat dipecaya tentangnya, bahkan juga mengakui adanya presupposisi yang menyertai manusia ketika mereka mengetahui sesuatu yang mendorong pembahasan kritis tentang esensi pengetahuan seseorang tentang itu.
Proposisi aliran ini ada empat 1) realitas objektif dan endenpenden itu ada 2) ciri-ciri realitas ini adalah tetap dan independen dari pengamat 3) seseorang yang tahu, memiliki kemampuan kognitif yang dapat dipercaya untuk mengetahui realitas yang tetap ini, namun pengaruh presupposisi dan pandangan hidup serta tradisi menjadi prasyarat dan merelatifkan proses mengetahui itu dan 4) karena itu kebenaran dan pengetahuan tentang alam, sebagiannya ditemukan dan pasti dan sebagian yang lain diciptakan dan relatif.
Selain itu realisme kritis menggunakan pandangan hidup (worldview) untuk mengetahui sesuatu dan tidak bisa menerima realisme karena menafikan kaitan antara worldview dengan realitas dan juga berseberangan dengan anti-realisme yang melepaskan pandangan hidup dan kepercayaan dari realitas. Realisme kritis menggabungkan objektifisme dan subjektifisme, mengakui alam nyata dan juga realitas manusia yang ingin mengetahui alam. Tidak sepenuhnya percaya pada kemampuan kognitif manusia, tapi mengakui apa yang bisa dilakukan dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh manusia.

Hambatan Membaca

Berikut adalah hambatan-hambatan yang umum dalam membaca:
1. Sulit Konsentrasi
Kesulitan konsentrasi bisa disebabkan beberapa faktor diantaranya: kelelahan fisik dan mental, bosan, atau banyak hal lain yang sedang dipikirkan. Konsentrasi juga dapat terganggu dengan adanya hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian seperti suara musik yang keras, TV yang menyala, orang lalu-lalang, dan lain-lain.
Kesulitan konsentrasi membuat pikiran melayang entah ke mana dan huruf-huruf yang dibaca pun ikut menguap terbang. Dalam membaca konsentrasi sangat penting karena menentukan kemampuan Anda menangkap dan memahami isi bacaan. Apalagi ketika Anda membaca cepat, maka konsentrasi yang baik akan memastikan bahwa kecepatan baca berbanding lurus dengan pemahaman dan bukan sebaliknya.
Untuk itu ketika mulai membaca, coba atasi faktor-faktor yang menyebabkan Anda sulit berkonsentrasi. Cari tempat yang tenang, memiliki penerangan yang cukup, suhu ruangan yang nyaman, dan tempat duduk yang enak dipakai. Jika ada gangguan, selesaikan dulu sebelum Anda mulai membaca.
Setelah hal di atas dilakukan, selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan konsentrasi itu sendiri. Dalam membaca cepat konsentrasi yang dibutuhkan adalah kerjasama antara mata dan otak di mana mata bekerja menangkap kata dengan cepat dan otak menerjemahkan, mengomentari, dan memahami kata demi kata yang ditangkap.

2. Rendahnya Motivasi
Hambatan berikutnya dalam membaca adalah motivasi. Gangguan ini terutama dialami mahasiswa ketika harus membaca text book tebal yang tidak disukai. Rendahnya motivasi akan muncul ketika Anda hendak membaca suatu buku tapi tidak terlalu tahu buku tersebut tentang apa. Maka Anda akan cenderung membaca sekedarnya saja dan tidak terlalu berminat untuk membaca dengan pemahaman yang baik.
Bagaimana mengatasi motivasi ini? Caranya adalah Anda harus menemukan jawaban mengapa Anda perlu membaca buku tersebut. Bahasa kerennya What Is In It For Me?Jika buku tersebut text book perkuliahan yang tebal dan membosankan, coba bayangkan apa yang menarik dari judulnya, topik-topik yang dibahas di dalamnya, dan apa yang bisa Anda aplikasikan jika menguasai buku tersebut. Jika buku tersebut sebuah biografi, coba bayangkat betapa hebatnya orang yang dibahas, apa yang telah dia lakukan akan dapat menjadi pelajaran bagi Anda. Jika buku tersebut adalah buku-buku self help atauManagement, bayangkan apa yang akan terbantu jika Anda bisa menguasainya.
Jika telah berusaha sekuat tenaga dan tetap tidak memiliki motivasi untuk membaca sebuah buku tertentu, maka jangan-jangan buku tersebut memang tidak cocok buat Anda dan harus diganti dengan buku yang lain.
Mengapa motivasi penting dalam membaca? Nantinya ketika Anda mulai membaca teks yang panjang, motivasi inilah yang akan mempertahankan stamina Anda dan memberi kekuatan untuk terus membaca sampai selesai karena ingin mengetahui dan memahami isinya. Tanpa motivasi mungkin ada bisa membaca sampai beberapa halaman, tapi setelah itu segera bosan dan malas meneruskannya.
Motivasi menjadi pendukung konsentrasi dan saling bantu membantu dalam menciptakan pemahaman yang utuh baik secara nalar maupun emosional. Jika Anda memiliki otak yang cemerlang dan konsentrasi yang tinggi, mungkin Anda bisa memahami materi dengan mudah. Akan tetapi, motivasi-lah yang membantu untuk mempertahankan pemahaman tersebut dalam jangka panjang karena motivasi melibatkan emosi dan keinginan untuk menikmati suatu bahan bacaan.

3. Khawatir Tidak Memahami Bahan Bacaan
Ada orang yang minder duluan ketika baru melihat buku yang hendak dibaca. Dia khawatir bahwa buku tersebut terlalu berat dan nanti tidak bisa dipahami. Rasa khawatir ini ternyata akan menjadi kenyataan jika Anda terus membawanya ketika membaca. Kekhawatiran bahwa Anda tidak bisa atau sulit memahami isi bacaan akhirnya akan benar-benar menjadi kenyataan.
Untuk itu singkirkan semua kekhawatiran tersebut. Yakinkan pada diri Anda bahwa meskipun buku yang hendak dibaca mungkin cukup sulit, bukan berarti Anda tidak bisa memahaminya. Batu yang keras sekalipun akan berlubang oleh tetesan air yang terus menerus.
Rasa khawatir ini paling sering jika membaca buku pelajaran terutama pada saat menjelang ujian. Ada perasaan waktu Anda cukup terbatas, Anda kurang memiliki pengetahuan, soal yang ditanyakan mungkin sangat beragam dan Anda harus menguasai satu buku secara penuh untuk memahaminya. Kekhawatiran ini akan mengganggu kecepatan baca maupun pemahaman Anda.
Jika Anda adalah seorang pelajar atau mahasiswa, maka saya sarankan, secara rutin bacalah buku teks yang diwajibkan jauh-jauh hari sebelum ujian. Dengan demikian rasa khawatir tidak memahami akan hilang dan Anda dapat membacanya jauh lebih rileks dan nyaman. Ketika ujian sudah menjelang, Anda tinggal mengulang sedikit poin-poin penting untuk memastikan topik tersebut masih dikuasai tanpa perlu membaca lagi keseluruhan buku.

4. Kebiasaan-Kebiasaan Buruk Dalam Membaca
Hal terakhir yang kita bahas dalam hambatan membaca adalah kebiasaan buruk yang dimiliki seseorang. Kebiasaan buruk dalam membaca jika terus dipelihara akan membuat kecepatan baca Anda terganggu. Beberapa kebiasaan buruk yang lazim dimiliki orang adalah:
1.    Vokalisasi
Hal ini dilakukan dengan cara melafalkan apa yang Anda baca. Dengan demikian, kecepatan baca Anda akan sama dengan kecepatan berbicara. Tahukah Anda berapa kecepatannya? Sangat lambat, kira-kira cuma 120 kata per menit. Silakan Anda coba sendiri dan hitung.
2.    Sub Vokalisasi
Ada orang membaca tanpa suara di bibir, tapi di hati. Dengan cara ini, dampaknya kurang lebih sama dengan vokalisasi yakni kecepatan baca sama dengan kecepatan berbicara.
3.    Gerakan Bibir
Ada juga yang tidak bersuara, tapi bibir seperti orang berbicara dan melafalkan sesuatu. Kebiasaan ini berakibat sama dengan dua kebiasaan buruk yang kita bahas.
4.    Gerakan Kepala
Banyak orang ketika membaca kepalanya ikut bergerak mengikuti kata demi kata dalam bahan bacaan. Dengan demikian kepala bergerak secara teratur dari kiri ke kanan kembali lagi ke kiri dan seterusnya. Kebiasaan ini akan menghambat kecepatan baca karena pergerakan kepala sebenarnya kalah jauh dengan pergerakan mata.
5.    Regresi (Pengulangan ke belakang)
Pernahkah Anda membaca suatu kalimat atau paragraf kemudian tidak yakin dengan isinya atau merasa kurang paham kemudian Anda balik lagi dan mengulang kalimat atau paragraf tersebut. Bayangkan jika dalam satu halaman saja Anda melakukannya 10-15 kali, berapa banyak waktu yang telah terbuang.
Untuk mulai membaca cepat, maka Anda juga harus menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk di atas. 

SASTRA ANGKATAN 50-AN
CIRI-CIRI
     Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya.
 Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakyat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan berhentinya perkembangan sastra karena masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
 
STRUKTUR ESTETIK
             Sesungguhnya secara instrinsik ciri-ciri sastra terutama struktur estetiknya angkatan 45 dan angkatan 50 sukar dibedakan sebab gaya angkatan 45 dapat dikatakan diteruskan oleh angkatan 50. hanya saja, dengan adanya pergantian situasi dan suasana tanah air dari perang ke perdamaian, dari masa transisi penjajahan ke kemerdekaan, maka para sastrawan mulai memikirkan masalah kemasyarakatan yang baru dalam suasana kemerdekaan. Begitu juga para sastrawan mulai membuat orientasi baru dengan mencari bahan-bahan dari sastra dan kebudayaan Indonesia sendiri. Semuanya itu dituangkan kedalam karya-karya sastra mereka.
 
GAYA BAHASA
Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra Indonesia sedang mengalami maraknya cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja). Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.
PENULIS & KARYA SASTRA ANGKATAN ‘50-AN
·         Ajip Rosidi
              Cari muatan
              Di tengah keluarga (1956)
              Pertemuan kembali (1960)
              Tahun-tahun kematian (1955)
·         Ali Akbar Navis
              Biang lala: kumpulan cerita pendek (1963)
              Hujan panas (1963)
·         Bokor Huta Suhu
              Datang Malam (1963)
·         Enday Rasidin
              Surat Cinta
·         NH. Dini
              Dua Dunia (1950)
              Hati Yang Damai (1960)
·         Nugroho Noto Susanto
              Hujan Kepagian (1958)
              Rasa Sajange (1961)
              Tiga kota (1956)
·         Sitor Situ Morang
              Dalam sadjak (1950)
              Djalan Mutiara kumpulan tiga sandiwara (1954)
              Pertempuran dan saldju di Paris(1956)
              Surat Kertas Hidjau : Kumpulan sadjak (1953)
              Wadjah Tak Bernama: Kumpulan sadjak (1955)
·         Subagio sastro wardojo
              Simphoni (1957)
·         Titis basino
              Pelabuhan hati (1978)
              Dia, Hotel, Surat keputusan (cerpen) (1963)
              Lesbian (1976)
              Bukan Rumahku (1976)
              Di bumi aku bersua di langit aku bertemu (1983)
·         Trisno Juwono
              Angina laut (1958)
              Di medan perang(1962)
              Laki-laki dan mediu (1951)
·         W. S. Rendra
              Balada orang-orang tercinta ( 1957)
              Empat kumpulan sajak (1961)
              Ia sudah bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnya (1963)
 
SASTRA ANGKATAN 66-AN
CIRI-CIRI
Angkatan 66-70-anAngkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dll pada masa angkatan ini di Indonesia.
 Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului jamannya.
 
STRUKTUR ESTETIK
Angkatan ini lahir di antara anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan ini mendobrak kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah urus. Para mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut ditegakkannya keadilan dan kebenaran.
Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: bercorak perjuangan antitirani, protes politik, anti kezaliman dan kebatilan, bercorak membela keadilan, mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan, berontak terhadap ketidakadilan, pembelaan terhadap Pancasila, berisi protes sosial dan politik. Hal tersebut diungkapkan dalam karya sastra pada masa Angkatan ’66 antara lain: Pabrik (Putu Wijaya), Ziarah (Iwan Simatupang), serta Tirani dan Benteng (Taufik Ismail).
 
GAYA BAHASA
Menegakkan keadilan dan kebenaran berdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran,  bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan  yang sempat berseteru dengan LEKRA.
 
PENULIS & KARYA SASTRA 60-AN
·         Sutardji Calzoum bachri
              O
              Amuk
              Kapak
·         Abdul Hadi WM
              Laut belum pasang – (kumpulan puisi)
              Meditasi – (kumpulan puisi)
              Potret panjang seorang pengunjung pantai sanur – (kumpulan puisi)
              Tergantung pada angina – (kumpulan puisi)
              Anak laut anak angin – (kumpulan puisi)
·         Supardi Djoko Damono
              Dukamu abadi – (kumpulan puisi)
              Mata pisau dan akuarium – (kumpulan puisi)
              Perahu kertas –( kumpulan puisi)
              Sihi Hujan – (kumpulan puisi)
              Ayat-ayat Api –( kumpulan puisi)
 
·         Goenawan Mohamad
              Interlude
              Parikesit
              Potret seorang Penyair muda sebagai si malin kundang – (kumpulan esai)
              Misalkan kita di Sara Jevo
·         Umar Kayam
              Seribu kunang-kunang di manhattan
              Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek)
              Pada suatu saat  di Bandar Sanggih
              Kelir Tanpa Batas
              Para Priyayi
              Jalan menikung
·         Danarto
              Godlob
              Adam Makrifat
              Berhala
·         Putu Wijaya
              Telegram
              Stasiun
              Pabrik
              Gres
              Bom
              Aduh (Drama)
              Edan (Drama)
 
KESIMPULAN
            Angkatan sastra adalah sekumpulan sastrawan yang hidup dalam satu kurun waktu masa tertentu dan menempati suatu periode tertentu. Dari pembahasan ini kita dapat mengetahui ciri-ciri, struktur estetik, gaya bahasa, dan siapa sastrawan serta karyanya yang ada pada angkatan 50 dan 66-an. Setiap angkatan sastra mempunyai ciri khas tersendiri, ini dikarenakan dalam setiap karya sastra menunjukkan sebuah keadaan yang sedang terjadi saat itu.
            Semoga pembahasan ini dapat menambah pengetahuan kita, khususnya pada bidang sastra indonesia. dan juga bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, terutama bagi penulis agar tujuan dan maksud bisa tercapai. 

Sinopsis Fiksi

BERKELANA DALAM RIMBA
Mochtar Lubis
Perjalanan ke hutan rimba Paman Rokhtam dengan rombongan kecilnya yang beranggotakan remaja yaitu Rais dan Poni yang berumur 17 tahun, Ayang, Aisa, Adnan, dan Pentil yang nama aslinya Abdullah telah memasuki rimba Gunung Hitam di Pegunungan Bukit Barisan, di daerah tengah Pulau Sumatra. Diberi nama demikian oleh orang di kampung-kampung dekatnya, karena batu-batu digunung dan didalam berbagai sungai yang mengalir di dalam rimba Gunung Hitam ini umumnya hitam warnanya dan seluruh daerah ditutupi oleh hutan belantara yang lebat.
Berangkat dengan keyakinan bahwa tidak ada hal yang aneh dalam perjalanan nanti, karena telah banyak cerita beredar di masyarakat bahwa didalam hutan tersebut terjadi hal-hal yang aneh, contohnya ada seorang yang nekat memasuki hutan tersebut akhirnya tak kembali lagi dan masih banyak mitos atau cerita yang mereka semua mempercayainya.
Mungkin ini adalah pengalaman pertama dari remaja-remaja tersebut, namun Paman Rokhtam selalu berbagi pengalamannya kepada mereka. Disana banyak sekali mereka temukan keindahan yang menakjubkan dalam hutan tersebut, seperti tumbuh-tumbuhan, satwa-satwa yang masih liar yang menimbulkan kekaguman.
Dalam perjalanan selanjutnya mereka melihat tempat perkemahan yang mencurigakan, dengan kecerdikan Paman, diketahui perkemahan tersebut adalah tempat para pencuri-pencuri margasatwa yang ada di hutan tersebut. Karena kepedulian Paman Rokhtam dan rombongannya, akhirnya mereka dapat membebaskan satwa-satwa yang telah ditangkap oleh pencuri-pencuri itu.
Paman Rokhtam dan rombongan dapat menyelesaikan perjalanan tersebut dengan perasaan yang senang karena dapat membebaskan satwa-satwa yang dilindungi tersebut dari para pencuri. Dan remaja-remaja itu sekarang lebih menghargai bagaimana caranya untuk selalu menjaga kelestarian hutan dan termasuk satwa-satwa yang ada didalamnya.

Sinopsis Non Fiksi

Change Your Mind, Change Your Life!
Oleh: EM. Shoelihin
Pikiran merupakan sebuah keunggulan yang dikaruniakan Tuhan kepada setiap manusia. Ia adalah titipan yang harus dipergunakan secara positif, agar ia dapat menjadi kunci untuk membuka kehidupan yang lebih berkualitas. Pikiran yang dikaruniakan Tuhan tersebut bermanfaat dan dapat mencerahkan kehidupan seseorang. Pikiran memiliki kekuatan, layaknya keunggulan yang dimiliki oleh pancaindera lainnya.
Pikiran mampu menggambarkan secara abstrak apa yang dilihat oleh pancaindera. Bahkan pikiran bisa melukiskan apa yang belum diinderai, pikiran yang seperti ini yang biasanya dinamakan sebuah pikiran imajinatif. Pikiran yang imajinatif mampu menstimulan manusia untuk bertindak agung. (Rene Descartes) mengungkapkan “pikiran-pikiran agung mampu melakukan baik kesesatan-kesesatan agung, maupun kebijakan-kebijakan agung”. Maknanya adalah, pikiran imajinatif juga mampu membuat manusia menjadi licik yang bisa ditempuh oleh manusia secara sistematis. Namu dilain sisi pikiran imajinatif juga mampu membuat seorang manusia menjadi eksis dengan cita-cita yang luhur, dan tertanam secara dasariah dalam diri manusia, yakni kesuksesan yang berintikan pada kedamaian, ketenangan, bermanfaat, dan mencerahkan.
Pikiran kita tidak jarang begitu tertutup. Dalam arti sebenarnya, kita tidak mampu membentangkan oikiran kita untuk menangkap peluang dan menjadikan diri kita kreatif. Hal ini disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling dominan, hal ini disebabkan oleh kita tidak mencoba membuka pikiran dan menerima hal-hal baru, yang mungkin bisa memberikan masukan secara positif bagi pikiran kita.

Guru
Guru (dari Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Arti umum
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain:
Arti khusus
Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya.
Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva.
Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi, karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran Sepuluh Guru Sikh. Hanya ada sepuluh Guru dalam agama Sikh, dan Guru pertama, Guru Nanak Dev, adalah pendiri agama ini.
Orang IndiaChinaMesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.


    Fenomena Masalah Pendidikan di Indonesia


    Yeni Fajar Anggreini
    Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan  manusia. Mulai perkembangan fisik, mental, sosial, sampai pada perkembangan IQ, SQ, dan EQ. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan potensi diri seseorang dalam segala aspeknya untuk menuju terbentuknya sebuah kepribadian. JJ. Rouseau (1998) menyatakan “pendidikan merupakan bekal kepada kita apa yang tidak kita butuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita butuhkan pada saat dewasa”. Pada umumnya pendidikan  merupakan suatu perkembangan dalam diri seorang manusia. Perkembangan ini mengacu pada manusia untuk menjadi lebih sempurna dan meningkatkan hidupnya  menjadi berbudaya dan bermoral.
    Harer & Brothers (1974:23) menyatakan mengenai arti luas sebuah pendidikan. Dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman.
    Akan tetapi faktanya tidak semua pengalaman dikatakan pendidikan. Mencuri, mencopet, korupsi, dan membolos misalnya, bagi orang yang pernah melakukannya tentunya  memiliki sejumlah pengalaman, akan tetapi pengalaman itu tidak dapat dikatakan pendidikan. Karena pendidikan itu memiliki tujuan yang mulia, baik dihadapan manusia maupun dihadapan Tuhan.

    Menurut Langeveld, pendidikan hanya berlangsung dalam suasana pergaulan antara orang yang sudah dewasa (atau yang diciptakan orang dewasa seperti: sekolah, buku, dan lain sebagainya) dengan orang yang belum dewasa dan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

                Setiap manusia sangat memerlukan pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Pendidikan formal pada umumnya diperoleh seseorang di bangku sekolah, sedangkan pendidikan nonformal diperoleh seseorang dari keluarganya maupun lingkungan tempat tinggalnya. Pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal yang didapat di bangku sekolah mempunyai manfaat yang sangat besar, diantaranya adalah untuk menjadikan seseorang itu cerdas dan terampil, meningkatkan kualitas hidup seseorang menjadi lebih bermutu, tangguh dalam menghadapi kehidupan, serta meningkatkan taraf hidup dan derajat hidup orang tersebut. Adapun pendidikan nonformal  juga bermanfaat untuk membentuk seorang manusia menjadi pribadi yang beragama kuat, berbudi pekerti yang luhur, bermoral luhur, serta berakhlak mulia.
    Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka orang tersebut akan semakin tangguh dalam mengarungi arus kemajuan zaman dan menjalani kehidupannya serta semakin seseorang berpendidikan maka semakin baik status sosial orang tersebut. Dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi seseorang adalah sebagai pribadi yang mandiri, serta sebagai bekal seseorang dalam menghadapi dan memecahkan sebuah problem kehidupan. Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang.
    Ahmad (2008) dalam artikelnya menyatakan empat tujuan utama pendidikan, antara lain sebagai berikut.
    Secara umum pendidikan itu bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi seseorang untuk menghadapi peranannya dimasa mendatang. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk:
    1.      Mengaktualisasikan potensi seseorang sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi;
    2.      Merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan seseorang dalam menghadapi kehidupan dimasa datang;
    3.      Memberikankesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan
    4.      Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada dimasyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

    Adapun fenomena permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia tak lain disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terjadi dalam diri masyarakat itu sendiri, yaitu karena kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat atau seseorang dalam hal kependidikan, sehingga pengetahuan yang dimiliki masih sangat minim, serta mahalnya biaya pendidikan. Nurkholis (2007) menyatakan “masalah utama negeri ini, yaitu mahalnya biaya pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini yang kemudian menyebabkan banyak fenomena putus sekolah dikalangan anak-anak Indonesia. ... opsi bantuan BOS yang diberikan pemerintah pun masih belum bisa mengatasi”.
    Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri masyarakat atau seseorang.
    Nurkholis (2007) mengungkapkan pendapatnya ”faktor yang menjadi hambatan secara eksternal antara lain, kurangnya pemerataan pendidikan  di Indonesia, rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan, rendahnya kesejahteraan guru, serta rendahnya prestasi siswa”.
    Sangat ironis sekali, kita tentu sudah banyak mendengar berita-berita tentang  sekolah roboh atau sekolah rusak karena bangunannya sudah lapuk dan usang namun tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Hal ini salah satu bukti rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia. Kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia mengakibatkan kesenjangan. Pendidikan di Indonesia lebih difokuskan di wilayah-wilayah pokok yang lebih berpotensi, sedangkan pada daerah-daerah terpencil kurang dijangkau oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena keterbatasan dana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah.
    Jika kondisi-kondisi yang semacam itu tidak diperbaiki, kecil harapan pendidikan bisa lebih maju dan baik. Maka disimpulkan pendidikan di Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yang berkualitas mesti bermodal dan memakan biaya yang sangat besar. Akan tetapi oleh pemerintah hal semacam itu tidak ditanggapi, sejenak kita melihat anggaran pendidikan dalam APBN. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Adanya biaya pendidikan yang mahal, akan menyulitkan sebagian masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya anak-anak Indonesia yang terancam putus sekolah. Bila demikian, ke arah mana pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana merencanakan sistem kependidikan yang baik? Kita perlu merenungkannya bersama. Oleh karena itu, sangat diperlukan peningkatan dana pendidikan di Indonesia agar dapat membantu masyarakat indonesia yang kurang mampu, melalui program beasiswa, orang tua asuh, dan dapat juga pembebasan biaya pendidikan. Pendidikan adalah sebuah investasi jangka panjang bagi tiap-tiap daerah.