Rabu, 11 April 2012

Fenomena Masalah Pendidikan di Indonesia


Yeni Fajar Anggreini
Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan  manusia. Mulai perkembangan fisik, mental, sosial, sampai pada perkembangan IQ, SQ, dan EQ. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan potensi diri seseorang dalam segala aspeknya untuk menuju terbentuknya sebuah kepribadian. JJ. Rouseau (1998) menyatakan “pendidikan merupakan bekal kepada kita apa yang tidak kita butuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita butuhkan pada saat dewasa”. Pada umumnya pendidikan  merupakan suatu perkembangan dalam diri seorang manusia. Perkembangan ini mengacu pada manusia untuk menjadi lebih sempurna dan meningkatkan hidupnya  menjadi berbudaya dan bermoral.
Harer & Brothers (1974:23) menyatakan mengenai arti luas sebuah pendidikan. Dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman.
Akan tetapi faktanya tidak semua pengalaman dikatakan pendidikan. Mencuri, mencopet, korupsi, dan membolos misalnya, bagi orang yang pernah melakukannya tentunya  memiliki sejumlah pengalaman, akan tetapi pengalaman itu tidak dapat dikatakan pendidikan. Karena pendidikan itu memiliki tujuan yang mulia, baik dihadapan manusia maupun dihadapan Tuhan.

Menurut Langeveld, pendidikan hanya berlangsung dalam suasana pergaulan antara orang yang sudah dewasa (atau yang diciptakan orang dewasa seperti: sekolah, buku, dan lain sebagainya) dengan orang yang belum dewasa dan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

            Setiap manusia sangat memerlukan pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Pendidikan formal pada umumnya diperoleh seseorang di bangku sekolah, sedangkan pendidikan nonformal diperoleh seseorang dari keluarganya maupun lingkungan tempat tinggalnya. Pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal yang didapat di bangku sekolah mempunyai manfaat yang sangat besar, diantaranya adalah untuk menjadikan seseorang itu cerdas dan terampil, meningkatkan kualitas hidup seseorang menjadi lebih bermutu, tangguh dalam menghadapi kehidupan, serta meningkatkan taraf hidup dan derajat hidup orang tersebut. Adapun pendidikan nonformal  juga bermanfaat untuk membentuk seorang manusia menjadi pribadi yang beragama kuat, berbudi pekerti yang luhur, bermoral luhur, serta berakhlak mulia.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka orang tersebut akan semakin tangguh dalam mengarungi arus kemajuan zaman dan menjalani kehidupannya serta semakin seseorang berpendidikan maka semakin baik status sosial orang tersebut. Dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi seseorang adalah sebagai pribadi yang mandiri, serta sebagai bekal seseorang dalam menghadapi dan memecahkan sebuah problem kehidupan. Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang.
Ahmad (2008) dalam artikelnya menyatakan empat tujuan utama pendidikan, antara lain sebagai berikut.
Secara umum pendidikan itu bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi seseorang untuk menghadapi peranannya dimasa mendatang. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk:
1.      Mengaktualisasikan potensi seseorang sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi;
2.      Merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan seseorang dalam menghadapi kehidupan dimasa datang;
3.      Memberikankesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan
4.      Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada dimasyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Adapun fenomena permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia tak lain disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terjadi dalam diri masyarakat itu sendiri, yaitu karena kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat atau seseorang dalam hal kependidikan, sehingga pengetahuan yang dimiliki masih sangat minim, serta mahalnya biaya pendidikan. Nurkholis (2007) menyatakan “masalah utama negeri ini, yaitu mahalnya biaya pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini yang kemudian menyebabkan banyak fenomena putus sekolah dikalangan anak-anak Indonesia. ... opsi bantuan BOS yang diberikan pemerintah pun masih belum bisa mengatasi”.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri masyarakat atau seseorang.
Nurkholis (2007) mengungkapkan pendapatnya ”faktor yang menjadi hambatan secara eksternal antara lain, kurangnya pemerataan pendidikan  di Indonesia, rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan, rendahnya kesejahteraan guru, serta rendahnya prestasi siswa”.
Sangat ironis sekali, kita tentu sudah banyak mendengar berita-berita tentang  sekolah roboh atau sekolah rusak karena bangunannya sudah lapuk dan usang namun tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Hal ini salah satu bukti rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia. Kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia mengakibatkan kesenjangan. Pendidikan di Indonesia lebih difokuskan di wilayah-wilayah pokok yang lebih berpotensi, sedangkan pada daerah-daerah terpencil kurang dijangkau oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena keterbatasan dana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah.
Jika kondisi-kondisi yang semacam itu tidak diperbaiki, kecil harapan pendidikan bisa lebih maju dan baik. Maka disimpulkan pendidikan di Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yang berkualitas mesti bermodal dan memakan biaya yang sangat besar. Akan tetapi oleh pemerintah hal semacam itu tidak ditanggapi, sejenak kita melihat anggaran pendidikan dalam APBN. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Adanya biaya pendidikan yang mahal, akan menyulitkan sebagian masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya anak-anak Indonesia yang terancam putus sekolah. Bila demikian, ke arah mana pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana merencanakan sistem kependidikan yang baik? Kita perlu merenungkannya bersama. Oleh karena itu, sangat diperlukan peningkatan dana pendidikan di Indonesia agar dapat membantu masyarakat indonesia yang kurang mampu, melalui program beasiswa, orang tua asuh, dan dapat juga pembebasan biaya pendidikan. Pendidikan adalah sebuah investasi jangka panjang bagi tiap-tiap daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar